MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN ATAS KESALAHAN-KESALAHAN YANG PERNAH SAYA LAKUKAN BAIK YANG DISENGAJA MAUPUN TIDAK SENGAJA ..... SEMOGA ALLAH MASIH MEPERTEMUKAN KITA PADA RAMADHAN 1436H AMIN .. AMIN..MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN ATAS KESALAHAN-KESALAHAN YANG PERNAH SAYA LAKUKAN BAIK YANG DISENGAJA MAUPUN TIDAK SENGAJA ..... SEMOGA ALLAH MASIH MEPERTEMUKAN KITA PADA RAMADHAN 1436H AMIN .. AMIN.MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN ATAS KESALAHAN-KESALAHAN YANG PERNAH SAYA LAKUKAN BAIK YANG DISENGAJA MAUPUN TIDAK SENGAJA ..... SEMOGA ALLAH MASIH MEPERTEMUKAN KITA PADA RAMADHAN 1436H AMIN .. AMIN.

Sabtu, 15 Mei 2010

:

Ditulis oleh Urip.WP.Com di/pada 9 April 2010
Suatu ketika mendiknas M. Nuh di Kompas berkomentar, ujian nasional itu dijadikan salah satu syarat kelulusan karena pihak sekolah selama ini tidak berlaku jujur… Indikasinya selama Ebtanas, UAN, hingga UN banyak sekolah yang meloloskan siswanya 100%. Tidak logis memang, dengan kondisi guru, fasilitas belajar minim kok bisa lulus 100%. Sebagai alat jika selalu lulus 100%, maka ujian nasional itu ibarat saringan yg sudah rusak… tak bisa menyaring. Rusaknya saringan ini karena mental manusianya yg kurang dan semestinya bisa dibenahi.

Bayangkan soal sudah dikawal ketat… ujian yg mengawasi dua orang guru, e bocor juga. Terus tidak lama lagi pengumuman kelulusan… lulus nyaris 100% atau kalau tidak yah untuk memantas-mantaskan saja. biar kelihatan jujur, padahal nonsen dah.  Setelah banyak aduhan soal tindak kecurangan maka muncul pernyataan akan mengevaluasi soal pelaksanaan UN lagi… Basi rasanya… mestinya ganti pola baru yg lebih manusiawi, mengembalikan kewenangan guru untuk “memvonis siswanya”. Mulailah berduyun-duyun model alternatif, yang saya yakini itu tidak akan menghasilkan perubahan signifikan dalam hal kejujuran.
Jadi kata kunci dalam ujian apapun itu namanya adalah kejujuran. Kejujuran bahwa seperti itulah kemampuan siswa kita. Sadari itu perlu pembenahan di sana-sini. Seret dana yg gak efektif itu untuk membangun sistem pembelajaran dan sistem ujian yg handal, bisa dipercaya. Bunuh semua proses jalur pintas, semacam les yg hanya mengejar target dapat nilai bagus tapi tanpa proses ilmiah yg logis. Efisiensi dana yg sering bocor, morat-marit karena kesalahan terstruktur, yg berakibat semua kualitas menurun adalah salah satu bagian sistem yg perlu di permak habis.
Banyak pengemplang pendidikan yg bersembunyi dibelakang topeng pejabat-pejabat korup. Sogok sana-sini, tilep sana-sini, sistem rusak. Semua karena bermotif satu mengenyangkan perut. Pejabat atas menekan pejabat bawahnya. Bahkan untuk menjadi pejabat mesti “nyogok”, baik secara langsung maupun tak langsung, sebelum atau selama menjabat. Banyak perjanjian2 yg bersifat ngrogoti harta negara. Dampaknya fatal buat pendidikan dengan carut-marut, compang-camping, yang tidak bisa diselamatkan lagi. Kehebatan-kehebatan semu belaka yg didapat.
Jika divoting sebenarnya siapa sih yg tak hendak pendidikan di negeri ini hebat. Tapi lantas mengapa tak beranjak menjadi lebih baik. Tak beranjak untuk merealisasikan jalan menuju lebih baik. Hasil baik, manakala prosesnya juga baik. Apa tak mungkin memberantas ketidakbaikan itu. Ah…

0 Comments:

Post a Comment